Raja Ampat merupakan salah satu wilayah kepulauan di provinsi Papua Barat, yang kaya akan wisata bahari, selain keindahan alam bawah lautnya yang mendunia, sehingga dijuluki Surga Timur Indonesia.
Raja Ampat juga menarik untuk ditelisik dari sisi sejarah, salah satunya soal asal usul nama Raja Ampat pada catatan sejarah, baik soal asal usul terbentuknya nama Raja Ampat, sebab banyak versi mengenai sejarah nama Raja Ampat, salah satu versi yang paling banyak diketahui masyarakat, yaitu nama Raja Ampat tak lepas dari kisah para Raja dari 4 pulau terbesar, yakni pulau Waigeo, pulau Salawati, pulau Misool, dan pulau Batanta.
Pimpinan ditiap gugusan pulau itu lah yang menjadi awal penamaan Raja Ampat.
Dari segi legenda masyarakat hingga saat ini, ada yang meyakini jika Raja Ampat berasal dari seorang wanita yang menemukan 7 butir telur, dimana 4 diantaranya menetas menjadi pangeran dan menguasai 4 pulau terbesar di daerah tersebut.
Alkisah, tinggalah sepasang suami istri di kampung Wawiyai, Raja Ampat, tepatnya di daerah Papua Barat.
Seperti biasa sepasang suami istri ini pergi ke kebun mencari makanan setiap paginya, ketika mereka sedang mencari makanan di kebun, tiba-tiba sang istri menemukan 7 butir telur yang besar, yang ukurannya berbeda dengan telur pada umumnya.
"Suamiku, coba kamu lihat apa yang saya temukan ini?" teriak istrinya, kemudian istrinya berguman, "hmm, ini apa ya, sepertinya ini telur," kata istrinya penuh tanda tanya.
"Iya istriku, sepertinya ini adalah telur-telur naga," kata suaminya sambil keheranan.
"Eh, bisakah saya membawa telur-telur ini ke rumah kita suamiku?" tanya istrinya penuh harap.
"Iya, tentu bisa istriku, kita akan menyantap telur-telur ini setibanya di rumah nanti," kata suaminya dengan senang hati.
Pada akhirnya suami istri tersebut langsung memasukkan telur-telur itu kedalam kantung noken 'tas khas Papua yang terbuat dari kulit pohon', kemudian dibawa pulang kerumah untuk dimasak.
Setelah sampai di rumah, sang istri langsung mempersiapkan racikan bumbu untuk memasak telur-telur tersebut dengan dibantu sang suami. Saat mereka sedang mempersiapkan bumbu, tiba-tiba mereka mendengar sesuatu.
"Istriku, apa kamu mendengar suara berbisik-bisik dari arah meja depan?" kata suaminya dengan penuh tanda tanya.
"Oh, iya betul suamiku, saya mendengarnya, eh, coba kamu periksa dulu," kata istrinya dengan keheranan.
Ketika sang suami mencari asal suara tersebut, ia sangat terkejut ketika melihat 5 butir telur tersebut telah menetas dan berwujud 4 orang anak laki-laki dan 1 orang anak perempuan, sedangkan 2 butir telur lagi salah satunya telah mengeras layaknya sebuah batu, dan satunya lagi menjadi makhluk gaib.
"Hah? telurnya menetas jadi manusia? Istriku coba kamu lihat kemari!" teriak suaminya dengan penuh keheranan.
"Iya, sebentar suamiku," kata istrinya.
Sang istri pun menghentikan pekerjaannya dan buru-buru berlari menghampiri suaminya.
"Hah, hah, hah, ada apa suamiku? Kenapa kamu berteriak-teriak?" tanya istrinya yang nafasnya terengah-engah karena buru-buru berlari.
"Lihat! kamu lihat itu istriku!" teriak suaminya sambil menunjuk kearah telur-telur itu.
"Hah? astaga?" kata istrinya dengan sangat terkejut dan penuh keheranan.
Sang istri pun lalu menghampiri telur-telur itu dan mengambilnya satu persatu, anak-anak itu keluar dari telur, dan telah berbalut pakaian yang berwarna putih dan lembut seperti sutra, hal tersebut menandakan bahwa anak-anak tersebut merupakan keturunan dari Raja khayangan.
"Wahai anak-anak yang lucu, kalian adalah keturunan Raja khayangan, saya akan merawat kalian dengan baik,"kata istrinya dengan senang hati.
Pasangan suami istri itu pun akhirnya merawat ke lima anak-anak tersebut hingga mereka tumbuh dewasa. Setelah dewasa, keempat anak laki-laki itu kemudian menjadi Raja yang berkuasa di Pulau Waigeo, Pulau Salawati, Pulau Misool dan Pulau Batanta.
Sementara si anak perempuan dikarenakan suatu sebab, ia kemudian diasingkan ke pulau Numfor dan memiliki keturunan di pulau tersebut.
Dan satu telur yang menjadi makhluk ghaib tersebut menitip pesan.
"Saya tidak akan lahir, tapi saya akan lindungi kalian," pesan dari telur yang jadi makhluk gaib tersebut.
Sementara satu telur lagi yang mengeras menjadi batu, saat ini dikenal dengan nama Kapatlai, telur tersebut diperlakukan seperti layaknya Raja oleh masyarakat sekitar. Sehingga Telur Raja yang berwarna putih tersebut bahkan diberi ruangan tempat bersemayam lengkap dengan dua batu berupa patung yang bernama Man Moro dan Man Metem, yang berfungsi sebagai pengawal di kanan kiri pintu masuk.
Setiap tahunnya Telur Raja tersebut dimandikan, kemudian air sisa mandinya Telur Raja tersebut, juga di siramkan sebagai pembaptisan suku Kawe.
Telur Raja tersebut tidak setiap saat dapat dilihat, kecuali satu tahun sekali, yaitu saat dimandikan dalam upacara adat. Oleh karena masyarakat menghormati keberadaan telur Raja tersebut, maka masyarakat membuat rumah yang dibangun di tepi Pantai Waigeo, di Kali Raja, Kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit, Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat, sebagai tempat tinggalnya dan sampai sekarang masih menjadi objek pemujaan bagi masyarakat setempat, dan sebagai objek wisata sejarah.